RIKA WIDJONO
  • HOME
  • PO Kitab Ilmu Seri Anak
  • BLOG
    • Kehamilan & Persalinan
    • Pengasuhan & Keluarga
    • BerOpini
    • Review
  • Tentang Saya
  • PELAYANAN PRE & POSTNATAL
    • Pendampingan Persalinan (Doula)
    • Prenatal Yoga
    • KELAS Prenatal AMANI Birth
    • Hypnobirthing
    • Dokumentasi Persalinan
  • Kontak
  • LAPAK

learning motherhood


Ngacapruk homeschooling

5/29/2020

0 Comments

 
Ngacapruk Homeschooling
Tahu tidak, apa yang sedang jadi obrolan di grup homeschooling (HS)? Kebanyakan praktisi, terutama yang senior dan beken beken, meningkat jumlah pertanyaan yang masuk pada mereka. Jangankan yang senior, saya yang HS cuma dalam rangka cuti doang (bukan karena corona) dan masih bongkar pasang cara, juga dapat beberapa pertanyaan.
Sayangnya, kita tidak bisa memulai HS yang terstruktur segera setelah kita memutuskan HS. Sekarang genap 9 bulan Rara di rumah saja, saya seolah baru mendapatkan kacamata minus 3 padahal saya minus 4. Baru mulai agak terang. Rutinitas masih jalan setengah setengah, sekitar 60 persen lah penyesuaiannya dari yang dibayangkan. Jadi jika praktisi yang kita jadikan narasumber tidak bisa memberi jawaban pasti, mohon dimaklumi, karena memang HS bukan sekolah, dan kita tidak bisa memandangnya dari sudut pandang belajar di sekolah. Jika mindset masih ala sekolah, dijamin stress bin frustasi.
Di awal saya nimbrung di lingkaran HS pun saya seperti masuk hutan belantara berisi pohon yang subur dan aneka buah yang menggiurkan, karena setiap orang punya cara yang berbeda. Rasanya mau mencoba semua! Saking banyaknya ide akhirnya tidak bisa terjalani dengan baik juga, hehe. Maruk banget deh pokoknya. Tapi itu juga proses yang alami dan tidak salah kok.
Walaupun kroco, tapi berhubung kroco ini ada penanyanya juga, izinkan saya berbagi apa yang saya lakukan yang belum tentu cocok sama Anda semua yah.
1. Kita tidak bisa memulai hal yang sifatnya akademis kalau belum punya habit (untuk belajar, disiplin melakukan tanggung jawab dasar). Habit harus dibangun pelan pelan. Kita bisa membangun habit anak andaikan urusan pengasuhan dan komunikasi kita udah menuju beres. Bantu anak menjadi anak yang patuh dulu. Mungkin ada yang merasa anaknya sudah dari sononya susah diatur. Percayalah, ada caranya, walaupun mungkin perlu waktu. Ada masanya sulung saya ngga mau nurut, nonton ngga mau distop dan mulai ada gejala addict. Untuk hal yang sifatnya jelas mudharat gini, saya merasa harus diktator dulu karena tidak bisa berharap pada proses. Sakaw sakaw deh. Sekalian nunjukin apa posisi kita sebagai orang tua.
2. Saya merasa sudah punya modal yang membantu buanget untuk memulai semua ini sebelum mencutikan Rara, yaitu tools parenting dari Enlightening Parenting (http://www.okinafitriani.com dan http://www.enlighteningparenting.com ), dan KBBM (Komunikasi Baik Benar dan Menyenangkan). Dengan dua senjata ini, alhamdulillah saya merasa bisa memposisikan diri menjadi orang tua sekaligus teman. Pengen sharing tapi kok tampak belum ada waktu nulisnya. Adapun materi EP bisa pantau di web dan IG nya aja ya. Kalo KBBM kapan kapan kalo modulnya ketemu saya ringkasin deh (huhu kmana ya tu modul).
Ketika relasi dengan anak sudah mengarah ke baik, maka akan akan lebih mudah untuk melakukan coaching. EP dan KBBM, keduanya menggunakan prinsip seperti coach. Ketika kenalan dengan metoda Charlotte Mason pun, ternyata prinsipnya sama, yaitu percaya bahwa anak, walupun umurnya kecil, adalah manusia, yang sudah punya fitrah yang baik. Menurut EP fitrahnya adalah: iman, bertahan hidup, belajar, kasih sayang, interaksi, seksual dan tanggung jawab. Jadi 7 hal itu bukanlah hal yang harus kita ajarkan, tapi kita fasilitasi agar berkembang. Oke jadi untuk ‘dasar’, selain menggunakan panduan Quran dan Sunnah, saya pake 3 pendekatan itu ya, walaupun masih belum oke juga penguasaannya: EP, KBBM, Filosofi Charlotte Mason (yg ini baru kenalan banget).
3. Mengenai metoda, saya masih mentah dan meraba raba. Comot sana comot sini aja melihat pengalaman orang lain. Saat ini rutinitas wajib kami adalah:
- Ibadah fardhu
- Tilawah (Rara ½-1 hal, Raul selembar. Huhu perlu digenjot nih targetnya)
- Tahfidz (nambah 1 ayat sehari. Kalau ayatnya panjang, 1 baris aja)
- Berjemur (5-10 menit jam 11 siang. Tidak menerima debat kalau ada yang tidak setuju ya, hehe)
- Lifeskill: bertahap aja pelan pelan, saat ini yang dirutinkan cuci dan jemur baju itupun masih bolong bolong dan harus diingatkan. Ternyata prinsipnya harus membentuk kebiasaan tuh satu persatu. Fokus ke satu hal, kalau sudah terbentuk habit nya, baru pindah ke yang lain. Jangan maruk. Gitu ceunah. Urusan lifeskill, saya mungkin masih kalah jauh dengan keluarga keluarga bahkan yang sekolah dan ortunya kerja. Ora popo lah, sesuai kemampuan saya aja, hehe.
- Olahraga (15-30 menit). Kadang treadmill, sepatu roda, yoga via youtube, sekarang lagi belajar main tali rame rame mumpung lagi ada sepupu di rumah.
- Akademik: Pakai IXL Math, IXL Science. Materi Bahasa Inggris sebenernya punya Reading Eggs tapi ternyata belum nemu kecocokan. Jadi Bahasa Inggris dimasukkan ke Read Aloud atau jam nonton. Kalau SFH nya masih hopeless, rencananya mau langganan Ruangguru untuk catch up dengan kurikulum nasional.
- Narasi, yaitu membaca tulisan/buku lalu menceritakan kembali. Saya baru aja mencoba dengan cara baru yaitu menurut ‘SOP’ nya Charlotte Mason. Saya tulis tentang insight ikut workshop Narasi di https://rikawidjono.weebly.com/pengasuhan--keluarga/narasi
- Circle time. Ini masih agak on off kalau saya sedang sibuk. Jadi kami membahas apa kesan kami terhadap hari yang sudah dilalui, mengarahkan anak anak untuk bersyukur, juga mengakui segala perasaan yang muncul di hari itu. Jadi macam macam hal bisa muncul di sini.
Kegiatan wajib di atas makan waktu sebentar (dibanding waktu sekolah) dan bisa paralel. Sisanya pembelajaran mandiri sesuai mau mereka, asalkan tidak meninggalkan yang penting penting. Belajar untuk tahan banting dengan bosan, haha. Lama lama mereka bakal kreatif kok sehingga terbentuk dorongan belajar atau bermain mandiri. Daftar kegiatan di atas mungkin terlihat ribet atau ambisius. Tapi kalau habit belajar sudah kebentuk, masyaaAllah udah gampang maintain nya kak. Jadi buat yang lagi pengen cuti, kita taruh dulu beban beban ekspektasi dari pundak kita yuk. Jangan bayangkan target seperti kurikulum sekolah. Deschooling dulu beberapa bulan untuk membereskan pengasuhan dulu, bikin suasana penuh cinta dulu di rumah. Kalaupun nantinya akan kembali ke sekolah dan belum keburu menjalankan kurikulum HS karena masih dalam tahap menata diri, engga apa apa banget, karena hasil menata diri juga bermanfaat walaupun akhirnya nanti masuk sekolah lagi.
Bismillah..
0 Comments



Leave a Reply.

    PENULIS

    Rika Widjono
    ​Mother of two

    ARSIP

    July 2020
    June 2020
    May 2020
    April 2020
    May 2019
    October 2017

    KATEGORI

    All
    Belajar Islam
    Parenting

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • HOME
  • PO Kitab Ilmu Seri Anak
  • BLOG
    • Kehamilan & Persalinan
    • Pengasuhan & Keluarga
    • BerOpini
    • Review
  • Tentang Saya
  • PELAYANAN PRE & POSTNATAL
    • Pendampingan Persalinan (Doula)
    • Prenatal Yoga
    • KELAS Prenatal AMANI Birth
    • Hypnobirthing
    • Dokumentasi Persalinan
  • Kontak
  • LAPAK