“Saya musti ngapain lagi Mbak Rika? Besok sudah HPL. Teman teman yang hamil seangkatan dengan saya sudah lahiran, saya kok belum? Rasanya cemas dan waswas padahal semua cara sudah ditempuh. Jalan tiap hari sudah, main gymball, yoga, hubungan dengan suami juga kadang lebih dari 1x sehari” Teringat kondisi saya, sebelum melahirkan, sama khawatirnya. Rekan sesama Childbirth Educator yang bahkan lebih senior dari saya dalam hal belajar kehamilan, maupun hamil (karena melahirkannya sudah lebih dari 5x) pun mengatakan kalau dia tetap merasa cemas di akhir kehamilan. Jadi, ternyata kita semua sama. Akhir kehamilan adalah masa peralihan. Ada perasaan lelah sudah ‘menggendong’ bayi ini cukup lama. Namun ada pula rasa khawatir menjadi ibu baru, menghadapi tanggung jawab baru. Energi berjuang dan berserah memang sudah seharusnya selalu ada dalam hidup, dan selalu seimbang. Realitanya, episode hidup membuat pergeseran antara perjuangan dan keberserahan. Kitalah yang perlu tarik ulur untuk menyeimbangkan lagi. Berjuang tanpa keberserahan, berpotensi menimbulkan banyak pertanyaan yang tak akan pernah terjawab, mengapa begini, mengapa begitu. Jika hasil tak sesuai upaya, maka bisa saja menyalahkan diri sendiri, selalu mempertanyakan, ‘apa yang salah’, ‘apa yang kurang’, atau menyalahkan orang lain yang tidak mendukung. Jalan kaki setiap hari tentu saja baik. Tapi kalau jalan kaki berjam jam dengan energi panik dan cemas bertanya tanya ‘harus nambah jalan berapa lama lagi agar bisa cepat lahir’ tentu justru akan merugikan proses yang sedang berjalan. “Lalu gimana dong… di kelasnya @ceritalahir kan dapat bekal kudu jalan pagi, main gymball, ikut kelas persiapan, bikin birth plan, yang checklist nya banyak banget dan beberapa terbukti saintifik melancarkan persalinan. Tapi, ternyata justru kudu nambah porsi berserah. Gimana cara setting hatinya?” Tentu setiap pribadi berbeda. Namun yang saya amati, tantangan di akhir kehamilan bagi manusia manusia yang rajin belajar bekerja tak kenal lelah ini, adalah untuk menambah porsi keberserahan, porsi mempercayai proses yang sedang terjadi, porsi meyakini bahwa Allah sudah mengatur yang terbaik. Bahkan, mungkin saja perlu mengurangi porsi upaya yang tanpa sadar sebenarnya sudah berlebihan. Untuk tipe orang tertentu, mungkin segala daily tracker dan birth plan itu perlu disimpan saja.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorRika Widjono ARSIP
January 2021
KATEGORI |